Kata Qunut sendiri berasal dari kata "Qanata" yang artinya patuh dalam mengabdi (kepada Allah). Adapun hukum membaca doa qunut adalah sunnah muakkad (ab'ad) atau sunnah yang diperkuat. Namun para imam dan ulama mazhab berbeda pendapat tentang pelaksanaan doa qunut.
Lafadz doa qunut
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ
وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ
وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ
وَقِنِيْ شَرَّمَا قََضَيْتَ،
فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ
وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ
وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ
وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allah hummah dinii fiiman hadait.
Wa'aa finii fiiman 'aafait.
Watawallanii fiiman tawal-laiit.
Wabaariklii fiimaa a'thait.
Waqinii syarramaa qadhait.
Fainnaka taqdhii walaa yuqdha 'alaik.
Wainnahu laayadzilu man walait.
Walaa ya'izzu man 'aadait.
Tabaa rakta rabbanaa wata'aalait.
Falakalhamdu 'alaa maaqadhait.
Astaghfiruka wa'atuubu ilaik.
Wasallallahu 'ala Sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi. Wa'alaa aalihi washahbihi Wasallam.
Artinya :
Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaiman mereka yang telah Engkau tunjukkan
Dan berilah kesihatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesihatan
Dan peliharalah daku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan
Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kurniakan
Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan
Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum
Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin
Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya
Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau
Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan
Ku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau
(Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Bacaan doa qunut di atas adalah untuk sholat sendirian (Bacaannya : Allah hummah DINII fiiman hadait). Namun, apabila Anda menjadi imam, maka bacaannya diganti (Bacanya : Allah hummah DINAA fiiman hadait) dan seterusnya. Karena makna kata "NII" (DINII) merujuk kepada diri sendiri (Saya) dan kata "NA" (DINA) merujuk kepada orang banyak (Kita).
Sehingga lafadz doa qunut yang dibaca oleh imam dalam shalat berjamaah sebagai berikut:
Allahummahdinaa fiiman hadait,
Wa'aafinaa fiiman 'aafait,
Watawallanaa fiiman tawal-laiit,
Wabaarik lii fiimaa a'thoit,
Wa qinaa birohmatika syarrama qadait,
Fainnaka taqdii walaa yuqda 'alaik
Wainnahu laa yadzillu man walait,
Walaa ya'izzu man 'aadait
Tabaa rakta rabbana wata'aalait
Falakal hamdu 'alaa maa qadhait
Astagfiruka wa'atuubu ilaik,
wasallallahu 'alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa'alaa alihi washahbihi wasallam.
Pendapat Imam Mazhab soal Qunut
Ulasan soal pendapat imam-imam di atas sebagaimana ditulis oleh Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. dalam Rumaysho.com adalah sebagai berikut:
a. Ulama Mazhab Syafi’iyyah
Bahwasanya tidak ada bacaan doa qunut dalam shalat witir kecuali ketika separuh dari akhir bulan Ramadhan. Adapun pendapatnya dalam hal sholat lima waktu, mereka berpendapat tidak ada qunut selain pada saat shalat shubuh yang mana berlaku dalam semua keadaan, yakni itu baik kondisi kaum muslimin dalam keadaan tertimpa musibah atau pun tidak sama sekali. Dan qunut juga dapat dilakukan pada selain shalat shubuh bila mana kaum muslimin sedang tertimpa musibah (yaitu disebut juga dengan qunut nazilah).
b. Hanabilah (Hambali)
Qunut disyari’atkan dalam salat witir. Adapun pada shalat lainnya mereka berpendapat bahwa tidak disyariatkan kecuali terjadi musibah yang dianggap besar, selain dari musibah penyakit. Nah, baru bila terjadi keadaan yang sebagaimana dimaksud barulah bacaan qunut dapat dibaca pada salat lima waktu, kecuali pada hari Jum’at tidak dilakukan.
C. Imam Ahmad
Beliau sendiri memberikan pendapatnya bahwa tidak ditemukan dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. pernah ber-qunut witir sebelum atau pun sesudah ruku’.
D. Ulama Hanafiyyah
Disunnahkan baca doa qunut pada shalat sunnah witir. Namun, tidak disyariatkan membaca qunut pada waktu shalat lainnya, kecuali pada saat nawaazil, yakni dimana kaum muslimin sedang tertimpa musibah, namun demikian pelaksanaan qunut nawaazil ini hanya boleh pada waktu shalat shubuh saja dan yang membacanya adalah imam sholat, lalu diaminkan oleh makmum, dan disebutkan juga bahwa tidak ada qunut jika itu shalatnya sendirian.
Adapun Ulama Malikiyah berpendapat bahwa Qunut hanya dilakukan pada shalat subuh saja, sedang saat sunnah witir dan shalat lainnya tidak dilakukan.
Wallahu A'lam Bishawab
No comments:
Post a Comment