Pengertian Najis dan Cara Membersihkannya

Menurut bahasa, najis (Arab: نجس‎‎) artinya kotor. Menurut istilah, najis adalah segala sesuatu yang dianggap kotor menurut syara’ (Hukum Islam) dan menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah.

Bagian tubuh, benda atau barang yang terkena najis disebut mutanajjis. Benda yang terkena najis dapat dibersihkan sesuai dengan macam najisnya sebagai berikut:

1. Najis Mukhaffafah (najis ringan)

Najis ringan adalah najis yang cara membersihkannya cukup dengan dipercikkan air pada bagian yang terkena najis. Bentuk najis ini sebagaimana diungkap dalam hadits adalah air kencing bayi yang belum berumur 2 (dua) tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu dari ibu-nya.

Al-Bukhari (2021) dan Muslim (287) telah meriwayatkan dari Ummu Qais binti Mihsab RA:

 اَنَّهَا اَتَتْ باِبْنٍ لَهَا صَغِيْرٍ لَمْ يَأكُلِ الطَّعَامَ اِلىَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ 

Artinya:
Bahwa wanita itu telah datang membawa seorang anaknya yang masih kecil, yang belum memakan makanan, kepada Rasulullah SAW. tiba-tiba anak itu kencing pada baju beliau. Maka beliau menyuruh ambilkan air, lalu beliau percikkan tanpa mencucinya.


2. Najis Mughallazhah (najis berat)

Najis berat adalah najis yang cara membersihkannya dengan dicuci sebanyak tujuh kali dan satu kali dilengkapi dengan tanah.

Yang dimaksud dengan najis berat ini adalah Najis (liur dan kotoran) Anjing serta Keturunannya.

Dalam hadits ‘Abdullah bin Mughoffal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِى الإِنَاءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ فِى التُّرَابِ

Artinya:
Jika anjing menjilat (walagho) di salah satu bejana kalian, cucilah sebanyak tujuh kali dan gosoklah yang kedelapan dengan tanah (debu) (HR. Muslim no. 280).

Ada pendapat bahwa najis berat juga termasuk najis yang berasal dari babi, dengan pertimbangan karena perilaku babi lebih jorok/kotor dari pada anjing.

3. Najis Mutawassithah (najis pertengahan)

Najis Mutawassithah (najis pertengahan/sedang) adalah najis selain yang disebutkan sebagai najis ringan ataupun najis berat. Contohnya adalah segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan hewan, bangkai (kecuali ikan dan belalang), air susu hewan yang diharamkan untuk memakan dagingnya, khamar, dan lain sebagainya.

Najis Mutawassitah terdiri atas dua macam, yakni :

  • Najis ‘Ainiyah : Jelas terlihat rupa, rasa atau tercium baunya.
  • Najis Hukmiyah : Tidak jelas tampak rupa, rasa atau tercium baunya.

Untuk membersihkan najis mutawassithah ‘ainiyah caranya dengan dibasuh dengan air bersih hingga hilang benar najisnya. Sedangkan untuk najis hukmiyah dapat dibersihkan dengan dialirkan air di tempat yang kena najis.

Beberapa hadis yang menerangkan mengenai najis ini diantaranya:

Al-Bukhari (214) meriwayatkan dari Anas RA, dia berkata:

 كاَنَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا تَبَرَّزَ لِحَاجَتِهِ اَتَيْتُهُ بِمَاءٍ فَيَغْسِلُ بِهِ 

Apabila Nabi SAW keluar ke tanah lapang untuk memenuhi hajatnya, maka aku bawakan air untuk beliau, lalau beliau gunakan air itu untuk bersuci.

Tabarraza lihajatihi: keluar menuju al-baraz (tanah lapang), untuk memnuhi hajatnya, yaitu buang air kecil atau pun besar. 

Dan juga al-Bukhari (176) dan Muslim (303) telah meriwayatkan dari Ali RA, dia berkata:

 كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً، فاَسْتَحْيَيْتُ اَنْ اَسْاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاَمَرْتُ الْمِقْدَادَبْنَ اْلاَسْوَدِ فَسَاَلُهُ فَقاَلَ: فِيْهِ الْوُضُوْءُ، وَلِمُسْلِمٍ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ

Aku adalah seorang lelaki yang banyak mengeluarkan mazhi. Aku malu bertanya kepada Rasulullah SAW. maka saya suruh al-Miqdad Ibnu ‘l-Aswad menanyakan kepada beliau, maka jawab beliau: “Madzi itu mewajibkan wudhu’. Sedang menurut Muslim: “Hendaklah ia mencuci kemaluannya, lalu berwudhu.

Madzdza’: orang yang banyak mengeluarkan mazhi, yaitu cairan yang kuning bening, yang pada umumnya keluar ketika memuncaknya syahwat. 

Dan al-Bukhari (155) meriwayatkan pula dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata:

 اَتىَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغَائِطَ، فَاَمَرَنِى اَنْ اَتِيَهُ بِثَلَثَةِ اَحْجَارٍ فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ وَالْتَمَسْتُ الثّاَلِثُ فَلَمْ اَجِدْهُ، فَاَخَذْتُ رَوْثَةً فاتَيْتُهُ بها، فَاَخَذَ الحَجَرَيْنِ والقى الرَّوْثَةً وَقاَلَ: هَذَا رِكْسٌ.

Nabi SAW telah buang air besar, lalu menyuruh saya membawakan untuk beliau tiga butir batu. Tetapi saya hanya menemukan dua butir saja, dan saya mencari yang ketiga, namun tidak ada. Maka saya ambil tahi binatang, lalu saya bawa kepada beliau. Dua butir batu itu beliau ambil, sedang tahi binatang itu beliau buang, seraya bersabda: “Ini najis.”

Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa benda-benda tersebut di atas adalah najis.

Semoga kita bisa menjaga tubuh dan pakaian kita dari najis sebelum kita melakukan ibadah pada Allah SWT.

“Sesungguhnya Allah Maha Indah mencintai keindahan, Allah Maha Baik menyukai kebaikan, Allah Maha Bersih mencintai kebersihan. Karena itu bersihkanlah teras rumah kalian dan janganlah kalian seperti orang-orang Yahudi” (HR.Tirmizi).

No comments: