Lirik Syair Abu Nawas (I'tiraf)

Syair puisi ‘I’tiraf merupakan karya yang dikarang oleh Abu Nawas, nama asli beliau adalah Abu Nuwas alHasan bin Hani al-Hakimi (750-810 M). Beliau adalah seorang pujangga Arab yang dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia dengan keturunan Arab Persia yang mengalir ditubuhnya.

I'tiraf artinya pengakuan. Syair i'tiraf mengandung makna filosofis untuk mengakui diri sendiri di hadapan Sang Pencipta, bahwa manusia tempat salah dan dosa yang tidak mempunyai daya untuk menerima pembalasan Allah dan  mengakui, bertobat serta berserah diri bahwa tempat bersandar hanya kepada Allah SWT.

Berikut lirik dari syair Abu Nawas Al Iktiraf lengkap dengan tulisan Arab, latin dan terjemahannya.



إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً

Ilahi lastulil firdausi ahla

(Ya Tuhanku, hamba tidak pantas menjadi penghuni surga)


وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ

Wala aqwa ala naril jahimi

(Namun hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka)


فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ

Fahab lii taubatan waghfir dzunubi

(Maka berilah aku tobat (ampunan) dan ampunilah dosaku)


فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْم

Fainnaka ghofiruz dzambil adzimi

(Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar)


ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ

Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali

(Dosa-dosa ku bagaikan pasir di lautan)


فَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَالجَلاَلِ

Fa hablii taubatan yaa dzaal jalaali

(Maka berilah aku tobat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan)


وَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ

Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumin

(Umurku ini setiap hari berkurang)


وَذَنْبيِ زَئِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ

Wa dzambii zaa-idun kaifah timaali

(Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya)


إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ

Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka

(Wahai, Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mu)


مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

Muqirrom bidzdzunuubi wa qod da'aaka

(Dengan mengakui segala dosa dan telah memohon kepada-Mu)


فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَا أَهْلٌ

Fain taghfir fa anta lidzaaka ahlun

(Maka jika Engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni)


فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ

Fain tathrud faman narjuu siwaaka

(Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?)


Sumber CNN Indonesia : Syair Abu Nawas Al Iktiraf: Arab, Latin, dan Artinya

Tarhim Subuh: Definisi, Arab, Latin, dan Terjemahannya

Tarhim merupakan suatu bacaan sholawat yang berisi pujian dan kehormatan kepada Rasulullah, yang seringkali dikumandangkan di masjid menjelang subuh.

Mengutip buku Kumpulan Doa, Dzkir dan Sholawat Al-Khoirot karya A. Fatih Syuhud, berikut bacaan tarhim shubuh.

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَاإمَامَ الْمُجَاهِدِيْنَ ۞ يَارَسُوْلَ اللهْ • الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَانَاصِرَ اْلهُدَى ۞ يَا خَيْرَ خَلْقِ اللهْ • الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَانَاصِرَ الْحَقِّ يَارَسُوْلَ اللهْ • الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ ۞ يَامَنْ اَسْرَى بِكَ مُهَيْمِنُ لَيْلًا نِلْتَ ۞ مَا نِلْتَ وَالأَنَامُ نِيَامْ وَتَقَدَّمْتَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّ كُلُّ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاَنْتَ الْإِمَامْ وَاِلَى الْمُنْتَهَى رُفِعْتَ كَرِيْمًا وَ سَمِعْتَ نِدَاءً عَلَيْكَ السَّلَامْ ۞ يَا كَرِمَ الْأَخْلَاقْ ۞ يَارَسُوْلَ اللهْ ۞ صَلىَ اللهُ عَلَيْكَ ۞ وَ عَلىَ عَلِكَ وَ اَصْحَابِكَ أجْمَعِيْنَ۞

Ash-shalaatu was-salaamu 'alaiyk, Yaa imaamal mujaahidiin, Yaa Rasuulallaah. Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik, Yaa naashiral hudaa, Yaa khayra khalqillaah.

Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik, Yaa naashiral haqqi yaa Rasuulallaah. Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik. Yaa Man asraa bikal muhayminu laylan nilta. Maa nilta wal-anaamu niyaamu, wa taqaddamta lish-shalaati fashallaa kulu man fis-samaai wa antal imaamu wa ilal muntahaa rufi'ta kariiman wa ilal muntahaa rufi'ta kariiman wa sai'tan nidaa 'alaykas salaam.

Yaa kariimal akhlaaq yaa Rasuulallaah, Shallallaahu 'alayka, wa 'alaa 'aalika wa ashhaabika ajma'iin.

Artinya:
"Sholawat dan salam semoga dilimpahkan padamu wahai pemimpin para pejuang, Yaa Rasulullah, sholawat serta salam semoga diberikan kepadamu wahai penuntun petunjuk Ilahi, wahau makhluk yang paling baik, sholawat dan salam semoga tercurahkan atasmu, Wahai penolong kebenaran, Ya Rasulullah, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu.

Duhai Yang Memperjalankanmu pada malam hari, Dialah Yang Maha Melindungi, Kau memperoleh apa yang engkau dapat sedangkan seluruh manusia tidur, Dibelakangmu ada semua penghuni langit saat mengerjakan salat dan engkau jadi imam, Kau diberangkatkan menuju Sidratul Muntaha sebab kemulianmu, Dan suara ucapan salam atasmu kau dengar. Wahai yang sangat mulia akhlaknya, Ya Rasulullah, Semoga sholawat selalu dilimpahkan kepadamu, untuk keluarga dan sahabatmu."


Catatan:
Bacaan tarhim ini disusun seorang Syekh dari Mesir dan ahli qiraat bernama Syekh Mahmoud Khalil Al-Hussary. Dalam buku Ramadan Bersama Rasul: Panduan Ibadah di Bulan Suci Ramadan oleh Alvian Iqbal Hasbillah, tarhim di Indonesia pertama kali dipopulerkan pada tahun 1960-an.

Mengutip NU Online, tarhim adalah suara yang dikumandangkan dari masjid atau mushalla dengan tujuan membangunkan umat Islam untuk persiapan sholat subuh. Tarhim juga membantu membangunkan umat Islam yang ingin melaksanakan sholat Tahajjud.

Adapun dalil mengenai tarhim adalah:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ

Artinya:
Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah bersabda: Kalian tak perlu mencegah Bilal untuk adzan sewaktu sahur karena adzan itu bertujuan untuk mengingatkan siapa saja yang masih berjaga dan sekaligus membangunkan yang tertidur. (Fathul Bari Syarh al-Bukhari, Juz II, hlm 244)

Dalam kitab Al Fath, Al-Hafidz berkata, "Pernah terjadi sebelum waktu subuh dan bukan hari Jumat, bacaan tasbih dan sholawat atas nabi. Bukan adzan, baik dari sisi bahasa maupun agama.

Sementara itu, dalam kitab Fiqhus Sunnah Juz I dijelaskan bahwa dalam hadits-hadits lain diterangkan, tarhim yang disuarakan keras lebih baik. Akan tetapi, disuarakan pelan juga lebih baik jika dikhawatirkan munculnya sikap riya atau mengganggu orang yang sedang melaksanakan sholat (tahajjud). Selagi aman dari hal tersebut, tarhim dengan suara keras lebih baik.

sumber: detikhikmah